BIOLOGI kelas C

BIOLOGI kelas C

Rabu, 30 April 2014

LAPORAN EKOLOGI II



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  . Latar Belakang
Pada prinsipnya ditinjau dari biologi, makhluk hidup dapat dibagi atas dua bagian besar yaitu, hewan dan tumbuhan. Kedua kelompok ini sangat tergantung kepada faktor-faktor yang ada diluar dirinya baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain tidak ada satumakhluk hidup pun di dunia ini yang dapat berdiri sendiri tanpa bergantung dengan faktor lainnya. Faktor luar yang mempengaruhi kehidupan makhluk hidup ini disebut dengan lingkungan.
Manusia sebagai makhluk hidup telah terlibat dan tertarik dengan masalah- masalah lingkungan sejak dahulu kala walaupun mereka tidak mengerti perkataan ekologi itu sendiri. Dalam masyarakat primitif setiap individu untuk dapat bertahan hidup memerlukan pengetahuan terhadap organisma yang efektif mempengaruhi kehidupan organisma tersebut. Setiap tanaman menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penyesuaian ini berguna untuk mempertahankan hidupnya.
Ekologi merupakan gabungan dari dua kata dalam Bahasa Yunani yaitu oikos berarti rumah dan logos berarti ilmu atau pelajaran. Secara etimologis ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup dan rumah tangganya. Dengan kata lain defenisi dari ekologi ialah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Berdasarkan defenisi di atas maka yang dimaksud dengan Ekologi Tanaman adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbale balik antara tanaman (tumbuhan yang dibudidayakan) dengan lingkungannya. Lingkungan hidup tanaman dibagi atas dua kelompok yaitu lingkungan biotik dan abiotik. Dari lingkungan inilah tanaman memperoleh sumberdaya cahaya, hara mineral, dan sebagainya kelebihan atau ketidakcocokkan akan menyebabkan terjadinya cekaman (stress) pada tanaman.
Berdasarkan makna ekologi di atas maka jelaslah bahwa ekologi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ilmu biologi. Oleh karenanya Ilmu Biologi sering disebut dengan biologi lingkungan. Ekologi merupakan bagian kecil dari Biologi. Yang termasuk dalam ruang lingkup biologi ialah organisma, populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfir. Jika kita perhatikan bahasanbahasan dalam mempelajari ekologi ternyata masing-masing ilmu yang membahas suatu EKOLOGI TANAMAN individu atau grup tidak terlepas dari membahas masalah ekologi. Dari penjelasan ini dapat dilihat ternyata ekologi merupakan ilmu yang cakupannya amat luas.
Bagaimana reaksi dari organisme atau individu atau kelompok individu terhadap lingkungan atau sebaliknya juga dipelajari dalam ekologi. Organisma dalam pengertian biologi ialah makhluk secara individu atau sesuatu kesatuan organ yang mempunyai tanda-tanda dan aktifitas kehidupan.
Organisma dalam biologi sering disebut sebagai individu. Populasi ialah kumpulan dari organisma-organisma sejenis yang dapat berbiak silang sedangkan komunitas ialah kumpulan dari beberapa populasi yang hidup disuatu areal tertentu. Sebagai contoh ialah, komunitas kolam, padang pasir, dan sebagainya. Ekosistem atau sistem ekologi ialah satu unit tunggal dari komuniti tumbuhan dan hewan.

1.2  . Tujuan
Tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah untuk menyelesaikan satu SKS dari tiga SKS mata kuliah Ekologi serta untuk kepentingan mahasiswa itu sendiri dalam mempelajari ilmu Ekologi. Tujuan ini juga dilaksanakan sebagai latihan untuk memperdalam ilmu, melatih, membina para mahasiswa atau para praktikan agar mampu bekerja dengan baik dan bertanggungjawab sehingga nanti memperoleh gambaran tentang masalah yang akan datang sesuai dengan tuntutan tugas yang diberikan kepadanya dan sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya.



BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Tujuan
Mengetahui kerapatan, kemelimpahan dan dominansi tumbuhan pinggir pantai.

2.2. Pelaksanaan
       2.2.1. Hari / Tanggal : Selasa / 18 Januari 2011
       2.2.2. Tempat : Pantai Malimbo
       2.2.3. Pukul : 08.00 – 16.00

2.3. Kajian Pustaka
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan.
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur.
Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada petak kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-jenis yang ditemukan kembali didaftarkan. Pekerjaan berhenti sampai dimana penambahan luas petak tidak menyebabkan penambahan yang berarti pada banyaknya jenis. Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar jika penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10% (Oosting, 1958; Cain & Castro, 1959). Untuk luas petak awal tergantung surveyor, bisa menggunakan luas 1m x1m atau 2m x 2m atau 20m x 20m, karena yang penting adalah konsistensi luas petak berikutnya yang merupakan dua kali luas petak awal dan kemampuan pengerjaannya dilapangan.
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari :
1. Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
2. Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.
3.   Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.
4. Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
5.   Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar.
6. Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
7.  Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.
Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
a. Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1.5 m.
b. Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.
c. Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.
Adapun parameter vegetasi yang diukur dilapangan secara langsung adalah :
1.      Nama jenis (lokal atau botanis)
2.      Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan
3.      Penutupan tajuk untuk mengetahui persentase penutupan vegetasi terhadap lahan
4.      Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk menghitung volume pohon.
5.      Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC), penting untuk mengetahui stratifikasi dan bersama diameter batang dapat diketahui ditaksir ukuran volume pohon.
Hasil pengukuran lapangan dilakukan dianalisis data untuk mengetahui kondisi kawasan yang diukur secara kuantitatif. Dibawah ini adalah beberapa rumus yang penting diperhatikan dalam menghitung hasil analisa vegetasi, yaitu
a. Indeks Nilai Penting (INP)
Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR), (Mueller-Dombois dan ellenberg, 1974; Soerianegara dan Indrawan, 2005).
b.  Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis adalah parameter yang sangat berguna untuk membandingkan dua komunitas, terutama untuk mempelajari pengaruh gangguan biotik, untuk mengetahui tingkatan suksesi atau kestabilan suatu komunitas. Keanekaragaman jenis ditentukan dengan menggunakan rumus Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener :
picture3
dimana : H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
ni = Jumlah individu jenis ke-n
N = Total jumlah individu
c. Indeks Kekayaan Jenis dari Margallef (R1)
picture4
dimana :
R1 = Indeks kekayaan Margallef
S = Jumlah jenis
N = Total jumlah individu
d. Indeks Kemerataan Jenis
     picture5
Dimana :
E = Indeks kemerataan jenis
H’ = Indeks keanekaragaman jenis
S = Jumlah jenis
Berdasarkan Magurran (1988) besaran R1 < 3.5 menunjukkan kekayaan jenis yang tergolong rendah, R1 = 3.5 – 5.0 menunjukkan kekayaan jenis tergolong sedang dan R1 tergolong tinggi jika > 5.0.
Besaran H’ < 1.5 menunjukkan keanekaragaman jenis tergolong rendah, H’ = 1.5 – 3.5 menunjukkan keanekaragaman jenis tergolong sedang dan H’ > 3.5 menunjukkan keanekaragaman tergolong tinggi.
Besaran E’ < 0.3 menunjukkan kemerataan jenis tergolong rendah, E’ = 0.3 – 0.6 kemerataan jenis tergolong sedang dan E’ > 0.6 maka kemerataaan jenis tergolong tinggi.
e.  Koefisien Kesamaan Komunitas
Untuk mengetahui kesamaan relatif dari komposisi jenis dan struktur antara dua tegakan yang dibandingkan dapat menggunakan rumus sebagai berikut (Bray dan Curtis, 1957 dalam Soerianegara dan Indrawan, 2005) :
picture6
dimana :
IS = Koefisien masyarakat atau koefisien kesamaan komunitas
W = Jumlah nilai yang sama dan nilai terendah ( < ) dari jenis-jenis yang terdapat dalam dua tegakan yang dibandingkan
a, b = Jumlah nilai kuantitatif dari semua jenis yang terdapat pada tegakan pertama dan kedua
Nilai koefisien kesamaan komunitas berkisar antara 0-100 %. Semakin mendekati nilai 100%, keadaan tegakan yang dibandingkan mempunyai kesamaan yang tinggi. Dari nilai kesamaan komunitas (IS) dapat ditentukan koefisien ketidaksamaan komunitas (ID) yang besarnya 100 – IS. Untuk menghitung IS, dapat digunakan nilai kerapatan, biomassa, penutupan tajuk atau INP.
f.  Indeks Dominasi
Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan penyebaran jenis-jenis dominan. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis, nilai indeks dominasi akan meningkat dan sebaliknya jika beberapa jenis mendominasi secara bersama-sama maka nilai indeks dominasi akan rendah. Untuk menentukan nilai indeks dominasi digunakan rumus Simpson (1949) dalam Misra (1973) sebagai berikut :
picture8
Dimana :
C : Indeks dominasi
ni : Nilai penting masing-masing jenis ke-n
N : Total nilai penting dari seluruh jenis
2.4.  Alat dan Bahan
       2.4.1. Alat
a. Meteran
b. Tali rapiah
c. Gunting
d. Kantong plastik
e. Patok
f.  Alat tulis menulis dan alasnya
       2.4.2. Bahan
Berbagai tumbuh-tumbuhan pada pantai

2.5.  Hasil pengamatan
        Tabel 2.1. Hasil Pengamatan
No
Nama Spesiman
(Tanaman)
∑ Spesimen (Tanaman) pada plot
Total
I
II
III
IV
V
1.
Pecut ekor kuda
22
18
69
10
13
132
2.
Serat kuku
-
-
13
4
-
17
3.
Selaguri
30
14
29
7
23
103
4.
Ageratum consoides
2
-
-
-
-
2
5.
Cyperus rotundus
-
-
30
6
-
36
6.
Cyperus rotundus
16
-
-
-
-
16
7.
Spesies A
26
4
6
3
20
59
8.
Spesies B
12
20
62
28
-
122
9.
Spesies C
-
25
-
-
-
25
10.
Spesies D
-
-
-
5
6
11
11.
Spesies E
-
-
-
-
4
4
12.
Spesies F
1
-
-
-
-
1
Total





528



2.6 Analisis Data
Luas Area = 2m x 2m x Semua plot
= 2 x 2 x 5
= 20m2      

1.Menghitung Densitas (D)
a.      Densitas Jenis (D)
Densitas Jenis (DJ) =
D Pecut ekor kuda               =   = 6,60
D Serat kuku                        =   = 0,85
D Selaguri                            =  = 5,15
D Ageratum consoides         =  = 0,10
D Cyperus rotundus             =  = 1,80
D Cyperus rotundus             =  = 0,80
D Spesies A                         =  = 2,95
D Spesies B                          =  = 6,10
D Spesies C                         = = 1,25
D Spesies D                          = = 0,55
D Spesies E                           = = 0,20
D Spesies F                            = = 0,05
∑D =    D1 + D2 + D3 + D4 + D5 + D6 + D7 + D8 + D9 + D10 + D11 + D12
=   6,60 + 0,85+ 5,15 + 0,10 + 1,80+ 0,80 + 2,95 + 6,10 + 1,25 + 0,55 + 0,20 + 0,05
       =    62,65


b.      Densitas Relatif (DR)
Densitas Relatif (DR)=  x 100
DR Pecut ekor kuda               =x 100% = 10,53%
DR Serat kuku                        = x 100% = 1,36%
DR Selaguri                            =  x 100%= 8,22%
DR Ageratum consoides         =   x 100%= 0,16%
DR Cyperus rotundus             =  x 100%= 2,87%
DR Cyperus rotundus             =  x 100%= 1,28%
DR Spesies A                          =  x 100%= 4,71%
DR Spesies B                          =  x 100% = 9,74%
DR Spesies C                          =  x 100% = 2%
DR Spesies D                          =  x 100% = 0,88%
DR Spesies E                          =  x 100% = 0,32%
DR Spesies F                          =  x 100% = 0,08%

2.      Menghitung Frekuensi (F)
a.Frekuensi Jenis (F)
Frekuensi Jenis (FJ) =
F Pecut ekor kuda                         = = 0,46
F Serat kuku                                  = = 0,71
F Selaguri                                      = = 0,36
F Ageratum consoides                   = = 0,01
F Cyperus rotundus                       = = 0,13
F Cyperus rotundus                       == 0,06
F Spesies A                                   = = 0,21
F Spesies B                                   = = 0.43
F Spesies C                                   = = 0,09
F Spesies D                                   = = 0,04
F Spesies E                                    = = 0,02
F Spesies F                                    == 0,004


∑F = F1 + F2 + F3 + F4 + F5 + F6 + F7 + F8 + F9 + F10
= 0,46 + 0,71+ 0,36 + 0,01+ 0,13 + 0,06 + 0,21+ 0.43 + 0,09 + 0,04 + 0,02 + 0,004
= 2,52

c.       Frekuensi Relatif (FR)
Frekuensi Relatif (FR)= x 100%
FR Pecut ekor kuda                = x 100%= 18,25%
FR Serat kuku                         = x 100%= 28,17%
 FR Selaguri                            = x 100%= 14,29%
FR Ageratum consoides          = x 100%= 0,40%
FR Cyperus rotundus              = x 100%= 5,16%
FR Cyperus rotundus              = x 100%= 2,38%
FR Spesies A                          = x 100%= 8,33%
FR Spesies B                           = x 100%= 0,1%
FR Spesies C                           = x 100% = 3,57%
  FR Spesies D                          = x 100%= 1,59%
  FR Spesies E                           = x 100%= 0,79%
  FR Spesies F                           = x 100%=0,12%
  1. Menghitung Dominansi (Dom)
a.       Dominansi Jenis (Dom)
Dominansi Jenis (Dom J)=
Dom Pecut ekor kuda             = = 0,24
Dom Serat kuku                      = = 0,04
Dom Selaguri                          = = 0,10
Dom Ageratum consoides       = = 0,01
Dom Cyperus rotundus           = = 0,10
Dom Cyperus rotundus           = = 0,05
Dom Spesies A                       =  = 0,09
Dom Spesies B                        = = 0,21
Dom Spesies C                        =  = 0,09
  Dom Spesies D                        =  = 0,02
Dom Spesies E                          =   = 0,01
Dom Spesies F                          =   = 0,003
∑Dom = Dom1 + Dom2 + Dom3 + Dom4 + Dom5 + Dom6 + Dom7 + Dom8 + Dom9 + Dom10 + Dom11 + Dom12

= 0,24+ 0,04 + 0,10 + 0,01 + 0,10 + 0,05 + 0,09 + 0,21 + 0,09 + 0,02 + 0,01 + 0,003
                          = 0,96

b.      Domonansi Relatif (Dom R)
Dom R= x 100%
Dom R Pecut ekor kuda            = x 100%= 25%
Dom R Serat kuku                     = x 100%= 4,17%
Dom R Selaguri                         =x 100%= 10,42%
Dom R Ageratum consoides      = x 100%= 1,04%
Dom R Cyperus rotundus          = x 100%= 10,42%
Dom R Cyperus rotundus          = x 100%= 5,21%
Dom R Spesies A                       = x 100%= 9,38%
Dom R Spesies B                       = x 100%= 21,88%
Dom R Spesies C                       = x 100%= 9,38%
Dom R Spesies D                       = x 100%= 2,08%
Dom R Spesies E                       = x 100%= 1,04%
Dom R Spesies F                       = x 100%= 0,21%
  1. Nilai penting (M)
My = DRy + FRy + Dom Ry

M Pecut ekor kuda                        = 10,53% + 18,25% + 25%      = 53,78%
M Serat kuku                                = 1,36 %  + 28,17% + 4,17%   = 33,7%
M Selaguri                                     = 8,22%   + 14,29% + 10,42% = 32,93%
M Ageratum consoides                 = 0,16 %  + 0,40%   + 1,04%   = 1,6%
M Cyperus rotundus                     = 2,87 %  + 5,16%   + 10,42% = 18,45%
M Cyperus rotundus                     = 1,28%   + 2,38%   + 5,21%   = 8,87%
M Spesies A                                  = 4,71%   + 8,33%   + 9,38%   = 14,95%
M Spesies B                                  = 9,74%   + 17,06% + 21,88% = 48,68%
M Spesies C                                  = 2%        + 3,57%   + 9,38%   = 14,95%
M Spesies D                                  = 0,88% + 1,59%     + 2,08%   = 4,55%
M Spesies E                                  = 0,32% + 0,79%     + 1,04%   = 2,15%
M Spesies F                                   = 0,08% + 0.12%     + 0,31%   = 0,51%

∑M = M1 + M2 + M3 + M4 + M5 + M6 + M7 + M8 + M9 +M10 + M11 + M12
= 53,78% + 33,7% + 32,93% + 1,6% + 18,45% + 8,87% + 14,95% + 48,68% + 14,95% + 4,55% + 2,15% + 0,51%
= 242,59%

  1. Indeks Keragaman (H)
Hy = -. Log
= -
H Pecut ekor kuda                        = - . Log
                                                = - (0,22) . Log (2,22)
= - (0,22) . ( - 0,66)
= 0,14
H Serat kuku                                 = - . Log
= - (0,14) . Log (0,14)
= - (0,14) . ( – 0,85)
= 0,12 
 H Selaguri                                    = - . Log
= - (0,14) . Log (0,14)
= - (0,14) . (- 0,85)
= 0,12
H Ageratum consoides                  = - . Log
= - (0,007) . Log (0,007)
= - (0,007) . (- 2,15)
= 0,02
H Cyperus rotundus                      = - . Log
= - (0,08) . Log (0,08)
= - (0,08) . (- 1,1)
= 0,09
H Cyperus rotundus                      = - . Log
= - (0,04) . Log (0,04)
= - (0,04) . (- I,4)
= 0.06


H Spesies A                                  = - . Log
= - (0,09) . Log (0,09)
= - (0,09) . (- 1,04)
= 0,09
H Spesies B                                   = - . Log
= - (0,20) . Log (0,20)
= -(0,20) . (- 0,7)
= 0,14
H Spesies C                                   = - . Log
= - (0.06) . Log (0.06)
= - (0.06) . (- 1,22)
= 0,07
H Spesies D                                    = - . Log
= - (0,02) . Log (0,02)
= - (0,02) . (- 1,7)
= 0,03
H Spesies E                                     = - . Log
= - (0,009) . Log (0,009)
= - (0,009) . (- 2,04)
= 0,02


H Spesies F                                     = - . Log
= - (0,51) . Log (0,51)
= - (0,51) . (- 2)
= 0,02


2.7. Pembahasan
Vegetasi pinggir pantai didominasi oleh tumbuhan yang menjalar yang termasuk dalam jenis mana dan banyak juga terdapat semak, sedangkan pohon yang tinggi seperti pardu, sangatlah jarang. Bentuk daunnya kecil-kecil ini disebabkan untuk mengurangi penguapan yang terlalu tinggi, serta struktur tanah yang berpasir. Hal ini dipengaruhi oleh salinitas dan dapat menyebabkan tumbuhan dengan ciri pohon maupun pardu kurang, dan tumbuhan pinggir pantai cenderung pendek
Dilihat dari hasil pengamatan yang dilakukan di pinggir pantai dengan membuat 5 plot yang masing berukuran 2m x 2m terdapat beberapa  tumbuhan yang berbeda-beda jenis. Tumbuhan tersebut diantaranya, Pecut ekor kuda, Serat kuku, Selaguri, Ageratum consoides, Cyperus rotundus, Mimosa pudica, Spesies A,  Spesies B, Spesies C, Spesies D, Spesies E,dan Spesies F. Jumlah total dari semua tumbuhan pada semua plot adalah ada 528 tumbuhan.  
Untuk mengetahui kerapatan, kemelimpahan dan dominansi tumbuhan pinggir pantai terlebih dahulu harus dinghitung dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan. Dari analisa data yang dihitung menggunakan Densitas Jenis (D) kemudian dicari menggunakan Densitas Relatif (DR), lalu menghitung dengan Frekuensi Jenis (F) dan Frekuensi Relatif (FR), setelah itu mencari Dominansi (Dom) dan Dominansi lalu menghitung Importance Volume (Nilai Penting) sehingga dapat diketahui Nilai Indeks Keragamannya.
Pada plot pertama Nilai Indeks Keragamannya tidak rapat hasilnya 0,14, kemudian pada plot yang ke-dua  tidak rapat yang diperoleh hasil 0,12, plot ke-tiga juga tidak rapat hasilnya sama dengan plot yang ke-dua yaitu 0,12, sementara plot ke-empat juga tidak rapat yaitu 0,09, dan plot yang ke-lima sama tidak rapat yang hasilnya adalah 0,09, Nilai Indeks Keragaman pada plot ke-enam 0,06, plot ke-tujuh 0,09, plot ke-delapan 0,14, plot ke-sembilan 0.07, plot ke-sepuluh 0.03, plot ke-sebelas 0,02 dan plot yang ke-dua belas 0,02, tumbuhan yang berada disemua  tidak rapat.

























BAB III
PENUTUP

 3.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa  tumbuhan yang berada di semua plot tidak rapat. Vegetasi pinggir pantai didominasi oleh tumbuhan yang menjalar yang termasuk dalam jenis mana dan banyak juga terdapat semak, sedangkan pohon yang tinggi seperti pardu, sangatlah jarang. bentuk daunnya kecil-kecil ini disebabkan untuk mengurangi penguapan yang terlalu tinggi, ciri pohon maupun pardu kurang, dan tumbuhan pinggir pantai cenderung pendek.
. Faktor yang menyebabkan vegetasi  tumbuhan di pinggir pantai tidak rapat karena salinitas kadar garam di pinggir pantai tinggi dan juga berpasir, sehingga hanya tumbuhan tertentu yang memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar pantai yang bisa bertahan hidup.

3.2. Saran-Saran
Diharapkan kepada semua Co”as agar tetap mempertahankan kerja sama, semangat dan kedisiplinan ketika asistensi maupun praktikum seperti biasanya. Dan satu lagi yang paling penting tetap senyum meskipun senyum itu bohong, karena dengan begitu suasana akan lebih menyenangkan.










DAFTAR PUSTAKA

Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta: UI Press.
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.
Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9. Oxford:
            Blackwell Scientific Publications
Kershaw, K.A. 1979. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. London: Edward Arnold           Publishers.
Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB